Dienstag, 25. November 2008

O mi God...

Sekadar info, aku kuliah ilmu pendidikan alias Erziehungswissenschaft. Sekadar info lagi, aku bukan kuliah untuk menjadi guru, melainkan lebih mengkonsentrasikan diri dgn tempat pendidikan2 di luar sekolah. Titik berat kuliahku berkisar di bidang psikologi pendidikan, di mana aku berkutat dgn pertanyaan2 seperti pada umur berapa seorg anak seharusnya sudah bisa apa, atau keadaan normal yg bagaimana untuk seorang anak pada umur2 tertentu. Belum lama ini aku baru lulus kuliah, dan aku balik di ke jakarta untuk berlibur. tentunya sempat terpikir untuk bekerja di jakarta. lalu aku mulai memperhatikan ttg trend2 pendidikan di indonesia, dari TK bilingual, sampe Home schooling dst, dst... O mi God.. aku bingung dan merasa bodoh. Sekian lama belajar ttg teori2 mendasar di kuliah, sekarang dihadapkan dgn sekian banyak trend2 yg tentunya semua berargumentasi bahwa mereka melakukan semuanya demi anak2 saja. ok itu di jakarta, di mana semua trend pasti ada yg ngikutin dan cepat sekali berubah, karena entah kenapa org2 jakarta cepat merasa hrs ngikut, jadi trend cepat muncul tapi juga cepat hilang.
ternyata oh ternyata fenomena kebingungan orangtua ttg cara mendidik seorg anak juga ada di jerman. bedanya... kalo di jakarta dgn cara dibukanya sekian macam jenis sekolah, TK ato tempat2 ngeles. di jerman orang2 pemerintahannya yg bingung. maklum... belum lama ini kan ada skandal kalo anak2 jerman di ranking PISA (http://en.wikipedia.org/wiki/Programme_for_International_Student_Assessment) agak2 memalukan. Di jerman pun mulai dipertanyakan ilmu apa saja yg hrs mulai diberikan ke anak2 dari umur berapa saja. Pentingkah mereka mulai belajar bhs cina sejak berumur 3 tahun? atau mulai belajar fisika? atau semua itu akan bikin anak2 makin stress dan sebaiknya mereka hanya lebih sering menyanyi dan menari?
Lucunya semua kebingungan itu mulai dirasa oleh orgtua2 jaman sekarang yg biasanya hidupnya susah makmur dan anaknya gak banyak (di jakarta juga begitu, di desa di indonesia gak ada orang tua yg bingung gimana hrs mendidik anak tuh). kepercayaan diri orang tua akan intuisi mereka sebagai orang tua mulai melemah dengan semakin suksesnya mereka di dunia pekerjaan. Sebenernya keadaan ini makin baik untukku, karena kalo semua org tua seperti orgtua2 jaman thn 40-50an di jerman, maka lapangan pekerjaan untuk aku makin sedikit, sebab mereka tau dan kenal apa yg dibutuhkan oleh anak2 mereka sendiri dan tidak perlu org2 macam aku yg memberitahu mereka bahwa menurut peneliti XY anak seumur XY itu sebaiknya diberi XY.

2 Kommentare:

ptbkr hat gesagt…

Ehm..ehm, saya ada pertanyaan Ibu Guru Sri. Salah satu interest saya dalam hidup adalah mengamati kehidupan keluarga-2 imigran dan anak-2 mereka. Hidup mereka selalu penuh tension yang efeknya bisa positif dan negatif. Tetapi akhirnya pasti selalu menghasilkan keindahan universal karakter-2 manusia. Salah satu karakteristik cerita keluarga-2 imigran adalah kefasihan anak2 mereka dalam beberapa bahasa. Personally, saya percaya bahwa saat terbaik untuk anak-2 kecil belajar dua atau tiga bahasa adalah saat mereka masih kecil dan diajarkan secara natural dari orang tua mereka, bukan melalui program atau pelajaran khusus. Tapi saya ada dengar juga orang tua yang tidak setuju dan berpikiran bahwa seorang anak yang diajari dua atau tiga bahasa walaupun secara natural (melalui orang tua) akan membingungkan anak tersebut dalam bertumbuh. Apakah benar anggapan yang kedua itu? Apa pendapat ibu? :)

angelus_de_lila hat gesagt…

Ah itu pertanyaan yang sangat klasik dan memang sedang hangat diperdebatkan di kalangan2 psikolog pendidikan saat ini. Beberapa fakta yang tidak bisa dipungkiri dan sudah dibuktikan adalah:
- makin muda umur seorang anak, makin cepat dia belajar sebuah bahasa dan makin fasih dia berbicara dalam bahasa asing itu (dalam arti tidak terlalu ada aksen asingnya)
- seorang anak yang belajar bahasa secara bilingual tidak akan langsung bisa bicara dalam kedua bahasa itu secara sempurna. baik yg belajarnya lewat kursus maupun yg lewat orangtua pasti akan melewati masa berbahasa kacau balau. karena adanya masa itu, sering ada anggapan anak2 yg berbahsa bilingual lebih terlambat berbicaranya. ya iyalah lebih telat, kan pertama ngomong aja dua bahasa, dan mereka masih mencampur aduk bahasa2 itu. jadi kesannya masih ngomong bahasa planet.

pertanyaan yg lebih penting ditanyakan, untuk apa seorang anak belajar bahasa asing dari kecil. kalau kedua orang tuanya dari dua negara yg berbeda menurut saya pribadi amat disayangkan kalo anak itu tidak belajar kedua2nya, sebab kedua bahasa itu termasuk dalam identitas dirinya. tapi kalau hanya demi supaya anak itu kelak bisa lebih gampang berbahsa arab ato cina, padahal di rumah dan sekelilingnya gak pake bahasa itu, menurut saya waktu anak itu sebaiknya dipake untuk melakukan kegiatan2 yg lebih menyenangkan untuk dia. dan sebaiknya dia perkuat dulu kemampuan berbahasa ibunya. Gak lucu juga, kalo anaknya disuruh belajar suatu bahasa yg org tuanya sendiri gak bisa ngomong dengan fasih.